-->

Standarisasi / Pembakuan Asam Asetat

Asam Asetat atau sering juga disebut asam cuka merupakan senyawa organik golongan asam alkanoat. Asam asetat mempunyai rumus kimia C2H4O2 atau sering ditulis CH3COOH.

Standarisasi atau pembakuan asam asetat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan baku sekunder NaOH 0,1 M.

Sebelum melakukan pembakuan/standarisasi yaitu membuat larutan asam asetat yang akan dibakukan. contoh pada artikel ini yaitu pembakuan asam asetat 0,1 M ( 0,1 N ).



Pembuatan 1 Liter Asam Asetat 0,1 M ( 0,1 N )

Diketahui :
Konsentrasi asam asetat glasial = 100 %
Molaritas asam asetat glasial = 17,4 M
( Untuk lebih detail cara menghitungnya bisa klik link Membuat Asam Asetat 1 M )

Dari perhitungan didapatkan volume asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk membuat asam asetat 0,1 M yaitu 6 ml.

Cara Membuat :
  • Siapkan aquades kira-kira 900 ml, masukkan ke dalam labu takar 1000 ml.
  • Pipet 6 ml asam asetat glasial kemudian masukkan ke dalam labu takar yang berisi aquades tadi.
  • Tambahkan aquades sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
  • Larutan asam asetat 0,1 M siap digunakan.

Pembakuan/ Standarisasi Asam Asetat 0,1 M

Alat :
  • Erlenmeyer 250 ml
  • Pipet ukur 25 ml
  • Buret dan statif
Bahan :
  • Asam asetat 0,1 M
  • Indikator PP
  • Larutan baku NaOH 0,1 M
BACA JUGA : 
Cara Kerja :
  1. Pipet 25 ml asam asetat 0,1 M dari kemasan, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
  2. Tambahkan 2-3 tetes indikator PP
  3. Siapkan larutan baku NaOH 0,1 M dan masukkan ke dalam buret.
  4. Titrasi larutan asam asetat 0,1 M dengan NaOH 0,1 M. Hentikan titrasi jika sudah terjadi perubahan warna ( merah muda ) dan warna yang muncul tidak menghilang ( selama 15 detik ) oleh pengocokan.
  5. Catat volume NaOH 0,1 M.
  6. Ulangi langkah 1- 4 sebanyak 2 kali. Hitung volume rata-rata pemakaian larutan baku NaOH 0,1 M.
Perhitungan :

Reaksi : CH3COOH + NaOH ------ > CH3COONa + H2O










Contoh :

1. 25 ml asam asetat 0,1 M dititrasi dengan NaOH 0,1 M. Dari hasil titrasi didapatkan volume pemakaian NaOH 0,1 M sebagai berikut :
Volume NaOH 0,1 M ( ulangan 1 ) = 25, 1 ml
Volume NaOH 0,1 M ( ulangan 2 ) = 25, 2 ml
Volume NaOH 0,1 M ( ulangan 3 ) = 25, 1 ml
Sehingga Volume rata-rata pemakaian  NaOH 0,1 M = 25,13 ml

Maka,
M asam = (1 x 25,13 x 0,1) / ( 1 x 25 ml )
M asam = 2,513 / 25
M asam = 0,10 M
Jadi M asam asetat setelah distandarisasi yaitu 0,10 M.

DAFTAR PUSTAKA

MulyonoH. A. M. (2006). Membuat Reagen Kimia di LaboratoriumBumi AksaraJakarta

Penetapan Kadar Abu dan C-Organik Pada Pupuk Organik

Penetapan kadar abu di lakukan dengan cara pengabuan pada suhu 550 - 600 ºC, sehingga bahan organik menjadi CO2 dan logam menjadi oksida logamnya. 


Berat bahan yang hilang merupakan bahan organik yang dapat dikonversi menjadi kadar C-Organik setelah dikalikan faktor 0,58.



PENETAPAN KADAR ABU DAN C-ORGANIK

Alat :
  • Neraca analitik
  • Cawan porselen
  • Desikator
  • Furnace
Prosedur Kerja :
  • Sampel pupuk bekas penetapan kadar air ( Penetapan kadar air pupuk ) dimasukkan ke dalam furnace.
  • Sampel mula - mula diabukan pada suhu 300 ºC selama 1,5 jam dan selanjutnya pada suhu 550 - 600 ºC selama 2,5 jam. Matikan furnace dan biarkan semalam. ( perhatian : furnace tidak boleh langsung dibuka setelah dimatikan, harus menunggu esok hari karena akan menyebabkan kerusakan pada furnace )
  • Dinginkan sampel dalam desikator dan timbang. ( catat sebagai d )
** Catatan :
Jadi dalam penetapan kadar abu ini didapatkan 4 data yaitu :
  • a = berat cawan kosong
  • b = berat cawan yang berisi sampel
  • c = berat cawan yang berisi sampel setelah di oven
  • d = berat cawan yang berisi sampel setelah di furnace
Perhitungan :







Dimana :
W2 = berat abu dalam gram ( d - a )
W   = berat sampel dalam gram ( b - a )
fk   = faktor koreksi kadar air = 100/(100-% kadar air)
0,58= faktor konversi bahan organik ke C-organik

Contoh :
1. Berapa kandungan kadar abu dan C-Organik pada pupuk organik apabila diketahui data sebagai berikut :
  • berat cawan kosong (a) = 18,5341 gram
  • berat cawan kosong + sampel (b) = 20,8049 gram
  • berat cawan yang berisi sampel setelah di oven (c) = 20,6216 gram
  • berat cawan yang berisi sampel setelah di furnace (d) = 19,4132 gram
Penyelesaian :

** Mencari nilai W dan W2, yaitu :
W = b - a = 20,8049 - 18,5341 = 2,2708 gram
W2 = d - a  = 19,4132 - 18,5341 = 0,8791 gram

** Mencari kadar air untuk mendapatkan nilai faktor koreksi, yaitu :
Kadar Air = ( 20,8049 - 20,6216 ) / ( 20,6216 - 18,5341 ) x 100
kadar air = ( 0,1833 / 2,0875 ) x 100
kadar air = 8,7808 %

Faktor koreksi = 100 / ( 100 - 8,7808 ) = 100 / 91,2192 = 1,0962 

** Mencari kadar abu dengan menggunakan rumus diatas, yaitu :
Kadar Abu = W2/W x fk x 100
                   = 0,8791/2,2708 x 1,0962 x 100
                   = 42,4374 %

** Mencari nilai bahan organik dan C-Organik, yaitu :
Bahan Organik = ( W - W2 )/ W x fk x 100
                         = ( 2,2708 - 0,8791 ) / 2,2708 x 1,0962 x 100
                         = 1,3917/ 2,2708 x 1,0962 x 100
                         = 67, 1825 %

C-Organik = bahan organik x 0,58
                  = 67,1825 x 0,58
                  = 38,9658 %

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

PENETAPAN KADAR AIR PADA PUPUK ORGANIK

Kadar air adalah presentase kandungan air dalam suatu bahan seperti tanah, pupuk, bahan pangan pertanian, bebatuan, dan sebagainya.


Penetapan Kadar Air Pupuk Organik

A. Prinsip

     Air dalam sampel pupuk organik diuapkan dengan cara pengeringan oven pada suhu 105 ºC selama semalam ( 16 jam ).

B. Alat
  • Neraca analitik
  • Botol timbang
  • Oven
  • Desikator
C. Prosedur Kerja
  • Nyalakan timbangan dan tekan zero, tunggu sampai angka menunjukkan 0,0000 gram. Letakkan botol timbang ke dalam pan dan catat berat kosong botol timbang ( catat sebagai a ).
  • Tambahkan sampel pupuk kira-kira mempunyai berat 2 - 5 gram ke dalam botol timbang. Catat berat botol timbang yang berisi sampel pupuk ( catat sebagai b ).
  • Kemudian masukkan ke dalam oven dan dikeringkan selama semalam pada suhu 105 ºC.
  • Dinginkan dalam desikator dan timbang ( catat sebagai c ).
  • Simpan sampel ini untuk penetapan kadar abu dan bahan organik dengan cara pengabuan.
D. Perhitungan




Dimana :
a = Berat botol timbang kosong dalam gram
b = Berat botol timbang yang berisi sampel dalam gram
c = Berat botol timbang yang berisi sampel setelah di oven dalam gram
100  = faktor konversi ke %

Faktor koreksi kadar air ( fk ) = 100 /(100 - % kadar air )
( Faktor koreksi ini digunakan dalam perhitungan analisa selain kadar air ).

Contoh :

1. Hitung kadar air suatu sampel pupuk organik apabila diketahui data sebagai berikut :
    - Berat botol timbang ( a ) = 9,8877 gram
    - Berat botol timbang yang berisi sampel ( b )= 12, 0576 gram
    - Berat b setelah di oven ( c ) = 11,9879 gram

Penyelesaian :
Dengan menggunakan rumus kadar air, maka 
kadar air = ( 12,0576 - 11,9879 ) / ( 11,9879 - 9,8877 ) x 100
kadar air = ( 0,0697 / 2,1002 ) x 100
kadar air = 3,3187 %

Jadi kandungan kadar air dalam pupuk organik tersebut adalah 3,3187 %

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.


Membuat Larutan HCl 0,5 N dari HCl 25 %

Bagi yang bekerja di Laboratorium pasti sudah terbiasa yang namanya membuat larutan, baik larutan pekat maupun larutan encer. Dalam membuat larutan encer untuk mempercepat pembuatan biasanya menggunakan pengenceran dari larutan pekat atau yang sudah tersedia di laboratorium. 

Pada artikel ini saya akan membahas bagaimana cara membuat larutan HCl 0,5 N apabila larutan yang tersedia di laboratorium adalah HCl 25 %.


Membuat 500 ml Larutan HCl 0,5 N dari HCl 25%

1. Mencari normalitas dari HCl 25 %, yaitu dengan menggunakan rumus :

Dimana : a = valensi HCl

Dari rumus didapatkan N = 8,15




2. Mencari volume HCl 25% yang dibutuhkan untuk membuat HCl 0,5 N

Dengan menggunakan rumus pengenceran :
N1 x V1 = N2 x V2

N1 = Normalitas HCl 25%
V1 = Volume yang dibutuhkan
N2 = Normalitas HCl yang akan dibuat ( 0,5 N )
V1 = Volume yang akan dibuat ( 500 ml )

maka, 
8,15 x V1 = 0,5 x 500 ml
8,15 x V1 = 250
V1 = 30, 7 ml

Jadi HCl 25% yang dibutuhkan untuk membuat 500 ml HCl 0,5 N adalah 30,7 ml.

3.  Langkah dalam pembuatan 500 ml HCl 0,5 N yaitu :
  • Pipet 30,7 ml HCl 25%, masukkan ke dalam labu takar 500 ml yang sudah diisi aquades kira-kira 200 ml. Gojog sebentar. Tambahkan aquades sampai tanda batas pada labu takar. Gojog hingga homogen.
  • Pindahkan larutan ke dalam botol reagen berwarna coklat, tutup rapat dan beri label.
  • HCl 0,5 N siap digunakan.

Contoh :

1. Bagaimana cara membuat 500 ml larutan HCl 0,1 N sedangkan larutan yang tersedia di laboratorium adalah HCl 30% ?

Penyelesaian :
Dengan menggunakan tahapan seperti diatas, didapatkan normalitas HCl 30 % adalah 9,78 N.
Dan volume yang dibutuhkan didapat dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu :
N1 x V1 = N2 x V2
9,78 x V1 = 0,1 x 500
V1 = 5 ml

Jadi HCl 30% yang dibutuhkan untuk membuat 500 ml HCl 0,1 N adalah 5 ml.

>> Langkah pembuatan HCl 0,1 N dari HCl 30% yaitu :
Pipet 5 ml HCl 30%, masukkan ke dalam labu takar 500 ml yang sudah diisi aquades 200 ml. Gojog sebentar kemudian tambahkan aquades sampai tanda batas. Gojog hingga homogen. Larutan HCl 0,1 N siap digunakan.

2. Bagaimana cara membuat 100 ml larutan HCl 0,1 N sedangkan larutan yang tersedia di laboratorium adalah  HCl 0,5 N

Penyelesaian :
Dengan menggunakan rumus pengenceran maka dapat diketahui volume HCl 0,5 N yang dibutuhkan.
N1 x V1 = N2 x V2
0,5 x V1 = 0,1 x 100
V1 = 20 ml

Jadi HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk membuat 100 ml HCl 0,1 N adalah 20 ml.

>> Langkah pembuatan 100 ml HCl 0,1 N dari HCl 0,5 N  yaitu :
Pipet 20 ml HCl 0,5 N , masukkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquades sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.



Optilab | Cara Menggunakan dan Kalibrasi Optilab

Artikel kali ini saya akan menulis tentang alat optilab yang mencakup pengertian optilab, kegunaan optilab, cara menggunakan optilab, dan cara kalibrasi optilab.

Pengertian Optilab

Optilab adalah kamera mikroskop yang digunakan sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan objek-objek mikroskopis dengan cara mengubah mikroskop analog menjadi mikroskop digital. Lensa okuler pada mikroskop digantikan oleh kamera optilab yang terhubung dengan USB komputer.

Kegunaan Optilab

Kegunaan dari alat optilab yaitu :

  • Dapat menampilkan objek yang sedang diamati di bawah lensa objektif ke layar monitor.
  • Dapat mengambil gambar yang sedang diamati.
  • Dapat merekam/ video gambar yang sedang diamati.
  • Dapat menandai hasil gambar dengan panah atau teks.
  • Dapat menghitung objek dan melakukan pengukuran.
  • Dapat memberi garis skala.

Cara Menggunakan Optilab

Optilab dilengkapi dengan dua macam software atau perangkat lunak yaitu optilab viewer dan image raster. Optilab viewer berfungsi untuk mengamati gambar dengan beberapa perbesaran, mengambil gambar, dan merekam gambar yang sedang diamati. Sedangkan image raster berfungsi untuk mengedit gambar hasil capture oleh optilab viewer. Image raster dilengkapi dengan beberapa menu fungsi yaitu untuk menghitung jumlah objek, pengukuran panjang, pengukuran luasan bidang objek, dan untuk kalibrasi pengukuran.

Langkah- langkah menggunakan optilab :

  1. Pastikan software sudah terinstal dikomputer ( optilab viewer dan image raster ).
  2. Nyalakan komputer dan mikroskop.
  3. Buka "optilab viewer " pada tampilan desktop.
  4. Letakkan preparat sampel pada mikroskop. Atur fokus, cahaya, dan perbesaran yang diinginkan.
  5. Apabila sudah didapatkan objek yang diamati klik " capture " untuk mengambil gambar dan klik "video" apabila ingin merekam hasil yang diamati. Simpan hasil capture di lokal drive PC, laptop, atau notebook.
  6. Buka " image raster" apabila ingin mengukur panjang dan menghitung jumlah objek.


Contoh pengambilan gambar dengan optilab













Gb 1. Gambar akar anggrek dengan perbesaran 40x



Gb 2. Gambar akar anggrek dengan perbesaran 100x


Gb 3. Gambar akar anggrek dengan perbesaran 400x


Cara Kalibrasi Pengukuran Optilab

Cara kalibrasi optilab yaitu :
  1. Buka " image raster " pada tampilan desktop
  2. Kemudian buka gambar mikrometer hasil capture dari optilab viewer ( sesuai perbesaran yang diinginkan : 4x, 10x, 40x, 100x )
  3. Klik " calibrate " pada menu di samping kiri
  4. Klik perbesaran yang diinginkan ( 4x, 10x, 40x, 100x ) pada menu disamping kanan, kemudian klik "calibrate".
  5. Setelah itu akan muncul pilihan " use image from current scene " atau " use other image ". Karena gambar sudah ada maka pilih " use image from current scene " kemudian klik " next ".
  6. Klik mikrometer, geser dari ujung sampai ke ujung dan mikrometer akan ke blok warna merah.
  7. Jika 1 div = 0,01 mm = 10 mikrometer, maka jarak dari ujung ke ujung pada mikrometer adalah 1000 mikrometer, maka pada distance diisi nilai 1000 mikrometer = 1 mm. Kemudian klik " next "
  8. Klik " Finish Calibration (obtain Y-axis value from X-axis calibration value)", kemudian klik " next "
  9. Yang terakhir klik " I'm done. Save the result of this session", kemudian klik "finish".
Itulah sedikit artikel tentang optilab, semoga bermanfaat buat teman-teman semuanya.







Cara Pengenceran Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia berbentuk cairan bening dengan rumus kimia H2O2. Nama lain dari hidrogen peroksida yaitu dioksidan, oksidanil, asam perhidroksat, dihidrogen dioksida, dan perhydrol.

Hidrogen peroksida bersifat korosi, pengoksidasi, dan berbahaya apabila tertelan atau terhirup. Menghirup H2O2 dengan konsentrasi di atas 10% dapat menyebabkan iritasi paru. Gunakan pelindung mata/ wajah,  masker, dan sarung tangan saat menngunakan bahan kimia tersebut. Segera cuci tangan setelah selesai menggunakan bahan kimia tersebut.

Hidrogen peroksida sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk, kering, ventilasi yang baik, dan jauhkan dari zat yang mudah terbakar. Hidrogen peroksida harus disimpan dalam wadah gelap/ tak tembus cahaya karena bahan ini mudah rusak ketika terkena cahaya.

Hidrogen peroksida digunakan untuk zat pemutih, antiseptik, dan sebagai oksidator. Di laboratorium, hidrogen peroksida sering dijumpai dengan konsentrasi 30 % ( untuk yang pro analyst ) atau 50 % ( untuk yang teknis ). Untuk penggunaan umumnya digunakan konsentrasi 3 %.

Untuk membuat hidrogen peroksida 3% dilakukan dengan pengenceran hidrogen peroksida 50%. Bagaimana cara membuatnya? Mari disimak!


Cara Membuat Hidrogen Peroksida (H2O2) 3% dari Hidrogen Peroksida 50%

Untuk membuatnya sangat mudah yaitu dengan menggunakan rumus pengenceran. Misal akan membuat 100 ml H2O2 3%

Rumus pengenceran :

K1 x V1 = K2 x V2

Dimana : 
K1 = Konsentrasi pekat
V1 = Volume H2O2 pekat yang harus dipipet
K2 = Konsentrasi yang diinginkan
V2 = Volume yang akan dibuat

Sehingga,
50% x V1 = 3% x 100 ml
V1 = 300 / 50
V1 = 6 ml

Jadi H2O2 50 % yang harus dipipet yaitu 6 ml.

** Cara Membuat :

Pipet H2O2 50% sebanyak 6 ml. Masukkan dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquades sampai tanda batas ( aquades 94 ml ). Gojog hingga homogen. Pindahkan dalam botol coklat dan tutup rapat. Beri label. Hidrogen peroksida 3% siap digunakan.


Cara Membuat Hidrogen Peroksida 100 ppm dari Hidrogen Peroksida 3%

Diketahui bahwa H2O2 3% = 30.000 ppm.

Misal akan membuat 1000 ml ( 1 liter )

Dengan menggunakan rumus pengenceran :

K1 x V1 = K2 x V2
30.000 x V1 = 100 x 1000 ml
V1 = 100.000 / 30.000
V1 = 3,3 ml

Jadi H2O2 3 % yang harus dipipet untuk membuat 100 ppm H2O2 yaitu 3,3 ml.

** Cara Membuat :

Pipet H2O2 3% sebanyak 3,3 ml. Masukkan dalam labu takar 1000 ml, tambahkan aquades sampai tanda batas ( aquades 996,7 ml ). Gojog hingga homogen. Pindahkan dalam botol coklat dan tutup rapat. Beri label. Hidrogen peroksida 100 ppm siap digunakan.

Membuat Larutan NaOH 0,1 N dari NaOH 40%

Artikel kali ini saya akan membahas bagaimana cara membuat larutan sodium hidroksida (NaOH) 0,1 N dari sodium hidroksida 40%. 


Pada saat akan membuat larutan sodium hidroksida 0,1 N sedangkan di laboratorium sudah tersedia larutan NaOH tapi dengan konsentrasi yang berbeda maka untuk mempermudah dalam membuat larutan bisa dilakukan dengan pengenceran ( dengan syarat larutan yang tersedia konsentrasinya lebih tinggi dari yang akan dibuat ).


Cara Membuat 1000 ml Larutan NaOH 0,1 N dari NaOH 40%

1. Pertama, yang dilakukan yaitu mencari normalitas dari NaOH 40%. NaOH 40% artinya dalam setiap 100 ml larutan mengandung 40 gram NaOH. Jadi diketahui gram NaOH yaitu 40 gram.

Dengan menggunakan rumus normalitas yaitu 


Dimana, a = valensi
Diketahui : BM NaOH = 40 gr/mol
                   gram NaOH = 40 gram
                   volume = 100 ml = 0,1 Liter

N = ( 40 x 1 ) / ( 40 x 0,1)
N = 10

Jadi NaOH 40% mempunyai normalitas 10 N.

2. Menghitung kebutuhan NaOH 10 N untuk membuat NaOH 0,1 N sebanyak 1000 ml.

Dengan menggunakan rumus pengenceran :
N1 x V1 = N2 x V2
10 x V1 = 0,1 x 1000 ml
V1 = 10 ml

Jadi NaOH 40% ( 10N ) yang harus dipipet yaitu 10 ml.

3. Cara membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 1000 ml yaitu :
  • Pipet 10 ml NaOH 40%, masukkan ke dalam labu takar 1000 ml.
  • Tambahkan aquades sampai tanda batas ( sampai volume 1000 ml ). Gojog hingga homogen.
  • Pindahkan ke dalam botol reagen plastik dan beri label.
  • NaOH 0,1 N siap digunakan.

Contoh :

1. Bagaimana cara membuat 500 ml larutan NaOH 0,5 N sedangkan NaOH yang tersedia di laboratorium yaitu NaOH 40%. ( BM NaOH = 40 gr/mol ).

Penyelesaian :

Seperti yang sudah diketahui di atas bahwa normalitas dari NaOH 40% yaitu 10 N, dengan menggunakan rumus pengenceran maka diketahui NaOH 40% yang dibutuhkan.

Rumus pengenceran :
N1 xV1 = N2 x V2
10 x V1 = 0,5 x 500 ml
V1 = 25 ml.
Jadi NaOH 40% yang harus dipipet yaitu 25 ml.

Cara Membuat :
Pipet 25 ml NaOH 40%, masukkan ke dalam labu takar 500 ml kemudian tambah aquades sampai tanda batas. Gojog hingga homogen. NaOH 0,5 N siap digunakan.