Piknometer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk menentukan massa jenis suatu zat padat atau cairan. Piknometer biasanya terbuat dari kaca dan pada bagian tengah tutupnya terdapat...
Piknometer adalah alat laboratorium yang digunakan untuk menentukan massa jenis suatu zat padat atau cairan. Piknometer biasanya terbuat dari kaca dan pada bagian tengah tutupnya terdapat pipa kapiler sehingga gelembung udara dapat lolos dari alat tersebut.
Piknometer memiliki berbagai macam ukuran yaitu 100 ml, 50 ml, 25 ml, dan 10 ml. Ukuran yang sering digunakan adalah 10 ml dan 25 ml.
Di laboratorium biasanya piknometer digunakan untuk menentukan massa jenis atau berat jenis minyak sawit/ CPO, minyak atsiri, dan berat jenis tanah atau material berpori seperti batuan. Untuk sampel zat padat yang akan diukur berat jenisnya maka sampel dihaluskan terlebih dahulu sampai berbentuk serbuk.
Piknometer memiliki berbagai macam ukuran yaitu 100 ml, 50 ml, 25 ml, dan 10 ml. Ukuran yang sering digunakan adalah 10 ml dan 25 ml.
Di laboratorium biasanya piknometer digunakan untuk menentukan massa jenis atau berat jenis minyak sawit/ CPO, minyak atsiri, dan berat jenis tanah atau material berpori seperti batuan. Untuk sampel zat padat yang akan diukur berat jenisnya maka sampel dihaluskan terlebih dahulu sampai berbentuk serbuk.
Cara Menggunakan Piknometer
- Bersihkan piknometer dan keringkan dengan oven pada suhu 105⁰C selama 15 - 30 menit.
- Keluarkan piknometer dan masukkan dalam desikator selama 10 - 15 menit.
- Catat volume piknometer yang digunakan ( 50 ml, 25 ml, atau 10 ml ).
- Timbang piknometer kosong dan catat sebagai a gram.
- Masukkan sampel ke dalam piknometer sampai di atas leher, pasang tutupnya hingga sampel dapat mengisi pipa kapiler sampai penuh dan pastikan tidak ada gelembung udara di dalam piknometer.
- Keringkan bagian luar piknometer dengan tisu.
- Timbang piknometer berisi sampel dan catat sebagai b gram.
- Setelah selesai piknometer dibersihkan dan dikeringkan.
- Massa jenis suatu zat dapat ditentukan.
Menghitung Massa Jenis Suatu Zat
Rumus :
Di mana :
p ( rho) = massa jenis suatu zat ( kg/m3 atau gr/cm3 )
m = massa suatu zat ( kg atau gr )
v = volume suatu zat ( m3 atau cm3)
Setelah menggunakan piknometer maka massa jenis suatu zat dapat dihitung.
massa suatu zat yaitu ( massa piknometer yang berisi sampel ) - ( massa piknometer kosong )
volume suatu zat yaitu berdasar volume piknometer yang digunakan.
Sehingga :
p ( rho) = massa jenis suatu zat ( kg/m3 atau gr/cm3 )
m = massa suatu zat ( kg atau gr )
v = volume suatu zat ( m3 atau cm3)
Setelah menggunakan piknometer maka massa jenis suatu zat dapat dihitung.
massa suatu zat yaitu ( massa piknometer yang berisi sampel ) - ( massa piknometer kosong )
volume suatu zat yaitu berdasar volume piknometer yang digunakan.
Sehingga :
Perawatan Piknometer
Agar piknometer dapat digunakan secara maksimal dan akurat maka perlu adanya perawatan. Salah satu perawatan piknometer yaitu dilakukan kalibrasi. Tujuan dilakukan kalibrasi adalah untuk menjaga agar alat piknometer dapat terjamin keakuratannya. Sebelum digunakan sebaiknya piknometer dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil dengan ketelitian tinggi.
Jagad Kimia
9:53 AM
CB Blogger
Indonesia
Standarisasi kalium permanganat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan baku natrium oksalat ( Na2C2O4 ) dan larutan baku asam oksalat ( H2C2O4 ).
Metode yang digunakan untuk standarisasi larutan KMnO4 adalah dengan metode titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini sering digunakan karena permanganometri merupakan oksidator kuat,dan dalam titrasi ini tidak memerlukan indikator. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan KMnO4 tidak stabil dalam penyimpanan.
Sebelum dilakukan titrasi larutan natrium oksalat atau asam oksalat ditambahkan dengan asam sulfat 2 N. Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah untuk memberikan suasana asam, karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan asam sulfat ini tidak dapat bereaksi dengan titran. Penambahan asam HCl dan HNO3 tidak diperbolehkan karena HNO3 merupakan oksidator dan HCl pada suhu 700C akan bereaksi menjadi Cl2.
Setelah penambahan asam sulfat maka larutan natrium oksalat atau asam oksalat dipanaskan pada suhu 700C untuk mempercepat terjadinya reaksi antara KMnO4 dengan natrium oksalat atau asam oksalat karena pada suhu ruangan reaksi antara keduanya berjalan lambat sehingga sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
Standarisasi KMnO4 menggunakan natrium okasalat maupun asam oksalat tidak perlu menggunakan indikator karena KMnO4 sendiri selain bertindak sebagai titran juga bertindak sebagai indikator. Titik akhir hasil titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna merah muda muncul karena kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang jelas terlihat.
Jagad Kimia
12:56 PM
CB Blogger
Indonesia
Metode yang digunakan untuk standarisasi larutan KMnO4 adalah dengan metode titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini sering digunakan karena permanganometri merupakan oksidator kuat,dan dalam titrasi ini tidak memerlukan indikator. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan KMnO4 tidak stabil dalam penyimpanan.
Sebelum dilakukan titrasi larutan natrium oksalat atau asam oksalat ditambahkan dengan asam sulfat 2 N. Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah untuk memberikan suasana asam, karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan asam sulfat ini tidak dapat bereaksi dengan titran. Penambahan asam HCl dan HNO3 tidak diperbolehkan karena HNO3 merupakan oksidator dan HCl pada suhu 700C akan bereaksi menjadi Cl2.
Setelah penambahan asam sulfat maka larutan natrium oksalat atau asam oksalat dipanaskan pada suhu 700C untuk mempercepat terjadinya reaksi antara KMnO4 dengan natrium oksalat atau asam oksalat karena pada suhu ruangan reaksi antara keduanya berjalan lambat sehingga sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
Standarisasi KMnO4 menggunakan natrium okasalat maupun asam oksalat tidak perlu menggunakan indikator karena KMnO4 sendiri selain bertindak sebagai titran juga bertindak sebagai indikator. Titik akhir hasil titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Warna merah muda muncul karena kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang jelas terlihat.
Standarisasi Kalium Permanganat ( KMnO4 ) dengan Natrium Oksalat ( Na2C2O4 )
Senyawa natrium oksalat merupakan standar yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Natrium oksalat dapat diperoleh dengan kemurnian tinggi, non higroskopis, dan stabil pada saat pengeringan. Reaksi antara KMnO4 dengan natrium oksalat sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan sehingga perlu dilakukan pemanasan sebelum dilakukan titrasi.
** Alat yang digunakan :
- Timbangan analitik ( 4 angka dibelakang koma )
- Statif dan klem
- Buret 50 ml
- Erlenmeyer 125 ml
- Gelas piala 200 ml
- Labu takar 100 ml
- Pipet volum 10 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Pipet tetes
- Kompor listrik
- Termometer
- Batang pengaduk
** Bahan yang digunakan :
- Kalium permanganat ( KMnO4 )
- Natrium oksalat ( Na2C2O4 ), BM=134 gr/mol
- H2SO4 pekat
- Aquadest
** Pembuatan 500 ml KMnO4 0.1 N
- Timbang 1.5803 gram KMnO4 kemudian jadikan volume 1000 ml.
- Dalam gelas piala didihkan larutan tersebut selama 15-30 menit. Dinginkan sampai suhu ruangan.
- Saring dengan krus gooch dan simpan dalam botol reagen coklat.
Diperoleh : 500 ml KMnO4 0.1 N
** Pembuatan 100 ml Na2C2O4 0.1 N
- Timbang dengan tepat 0.67 gram natrium oksalat (yang sudah kering oven), masukkan dalam gelas piala 50 ml dan tambahkan aquadest. Aduk hingga larut.
- Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
** Pembuatan 100 ml H2SO4 2 N
- Ambil 5.5 ml asam sulfat pekat, pindahkan dalam gelas piala yang sudah diisi aquadest. Aduk perlahan-lahan.
- Pindahkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
** Standarisasi KMnO4 dengan Natrium Oksalat
- Pasang buret dan diisi dengan KMnO4 0.1 N.
- Diambil 10 ml Na2C2O4 0.1N, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 20 ml H2SO4 2N.
- Dipanaskan sampai suhu 700C.
- Dalam keadaan panas titrasi larutan tersebut dengan KMnO4 0.1 N.
- Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
- Catat volume hasil titrasi dan percobaan di atas diulang 3x.
** Perhitungan
Diketahui :
V Na2C2O4 = 10 ml
N Na2C2O4 = 0.1 N
V KmnO4 = v ml ( volume hasil titrasi )
Standarisasi Kalium Permanganat ( KMnO4 ) dengan Asam Oksalat (H2C2O4 )
Selain menggunakan larutan baku natrium oksalat standarisasi kalium permanganat juga bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku asam oksalat. Prosedur kerja hampir sama seperti pada standarisasi dengan larutan baku natrium oksalat.
** Alat yang digunakan :
Analog seperti pada standarisasi dengan natrium oksalat.
** Bahan yang digunakan :
- Kalium permanganat ( KMnO4 )
- Asam oksalat (H2C2O4.2H2O), BM = 126.07 gr/mol
- H2SO4 pekat
- Aquadest
** Pembuatan 500 ml KMnO4 0.1 N
Analog seperti pada standarisasi dengan natrium oksalat.
Atau bisa juga dibaca pada artikel sebelumnya Membuat Larutan Kalium Permanganat 0.1 N ( 0.02 M )
** Pembuatan 100 ml H2SO4 2 N
** Pembuatan 500 ml KMnO4 0.1 N
Analog seperti pada standarisasi dengan natrium oksalat.
Atau bisa juga dibaca pada artikel sebelumnya Membuat Larutan Kalium Permanganat 0.1 N ( 0.02 M )
** Pembuatan 100 ml H2SO4 2 N
Analog seperti pada standarisasi dengan natrium oksalat.
Untuk perhitungan jelasnya bisa dibaca pada artikel Membuat Larutan H2SO4 1 N
** Pembuatan 100 ml H2C2O4.2H2O 0.1 N
- Timbang dengan tepat 0.6303 gram asam oksalat, masukkan dalam gelas piala 50 ml dan tambahkan aquadest. Aduk hingga larut.
- Pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
** Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat
- Pasang buret dan diisi dengan KMnO4 0.1 N.
- Diambil 10 ml H2C2O4 0.1N, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 5 ml H2SO4 2N.
- Dipanaskan pada suhu 600C - 700C.
- Dalam keadaan panas titrasi larutan tersebut dengan KMnO4 0.1 N.
- Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda.
- Catat volume hasil titrasi dan percobaan diatas diulang 3x.
STANDARISASI Kalium Permanganat ( KMnO4 )
Standarisasi kalium permanganat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan baku natrium oksalat ( Na2C2O4 ) dan larutan baku asam oksalat ( H2C2O4 ).
Metode yang digunakan untuk standarisasi...
Kalium permanganat mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan yang berwarna ungu pekat, dan penguapan dari larutan ini meninggalkan kristal prismatik yang berwarna ungu agak hitam.
Kalium permanganat sebagai pengoksidan kuat memiliki banyak kegunaan yaitu :
- Sebagai antiseptik, pada larutan encer senyawa ini dapat digunakan sebagai obat sariawan, desinfektan untuk tangan dan pengobatan untuk dermatitis, infeksi jamur pada tangan atau kaki yang bersifat ringan.
- Dalam industri pengolahan air digunakan sebagai bahan kimia regenerasi untuk menghilangkan besi dan hidrogen sulfida.
- Dalam penggunaan analisis, larutan standar kalium permanganat digunakan sebagai titran pengoksidasi untuk titrasi redoks ( permanganometri ).
Berdasarkan label bahaya yang terdapat pada kemasan, kalium permanganat menimbulkan bahaya iritasi pada saluran pernafasan, hati, ginjal, usus,sistem saraf pusat, dan dapat merusak paru-paru apabila terlalu banyak menghirup senyawa ini. Sebelum membuat larutan kalium permanganat sebaiknya berhati-hati dan gunakan pelindung seperti masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung. Hindari kontak langsung dengan mata dan hidung agar tidak terhirup.
Pembuatan 1000 ml Larutan Kalium Permanganat ( KMnO4 ) 0.1 N ( 0.02 M )
Diketahui :
BM KMnO4 = 158.034 gr/mol
valensi KMnO4 = 5
Ditanya : KMnO4 yang perlu ditimbang...?
Penyelesaian :
Rumus :
Di mana :
N = Normalitas ( molek/L)
gr = Massa yang ditimbang (gr)
BM = Berat Molekul (gr/mol)
V = Volume yang diinginkan (L)
a = nilai valensi
0.1 N = (gr/ 158.034gr/mol x 1L) x 5
gr = ( 158.034 gr/mol x 1 L x 0.1N ) / 5
gr = 15.8034 / 5
gr = 3.1606 gram
Jadi KMnO4 yang perlu ditimbang untuk membuat KMnO4 0.1 N adalah 3.1606 gram.
Langkah untuk membuat larutan KMnO4 0.1 N :
- Timbang dengan tepat KMnO4 sebanyak 3.1606 gram, masukkan dalam gelas piala 1000 ml. Tambahkan aquadest sampai volume 1000 ml. Aduk hingga larut.
- Panaskan larutan tersebut hingga mendidih selama 15 - 30 menit.
- Dinginkan pada suhu kamar, kemudian saring dengan krus gooch.
- Simpan dalam wadah coklat/gelap dan beri label.
Untuk memperoleh konsentrasi sebenarnya kalium permanganat sebaiknya dibakukan/ distandarisasi. Standarisasi KMnO4 bisa dilakukan dengan menggunakan larutan baku natrium oksalat dan larutan baku asam oksalat.
Standarisasi KMnO4 bisa dibaca pada artikel Standarisasi KMnO4
Pembuatan 200 ml Larutan Kalium Permanganat ( KMnO4 ) 0.01%
Larutan kalium permanganat 0.01% artinya dalam setiap 100 gr larutan mengandung 0.01 gram KMnO4.
Untuk membuat larutan KMnO4 0.01 % sebanyak 200 ml adalah :
- Timbang 0.02 gram KMnO4, kemudian jadikan volume sampai 200 ml.
- Didihkan larutan tersebut selama 15 menit.
- Dinginkan dan saring dengan krus gooch.
Larutan KMnO4 0.01% ini biasanya digunakan sebagai antiseptik atau obat luka yang bersifat ringan.
Jagad Kimia 11:30 AM CB Blogger Indonesia
Membuat 1000 ml Larutan Kalium Permanganat 0.1 N ( 0.02 M )
Kalium permanganat ( Potassium permanganat ) merupakan garam yang mengandung ion K+ dan MnO4-dengan rumus kimia KMnO4. Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
Kalium permanganat...
Natrium klorida ( sodium chlorida ) atau disebut juga dengan garam dapur dengan rumus kimia NaCl merupakan senyawa kimia berbentuk bubuk kristal padat berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa asin.
NaCl merupakan larutan elektrolit yang kuat, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik karena ketika berbentuk larutan NaCl kembali menjadi ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion yang bergerak bebas ini yang dapat menghantarkan arus listrik.
Karena merupakan senyawa ion maka NaCl mudah larut dalam air dingin, air panas, gliserol, dan amoniak, tetapi sukar larut dalam alkohol.
NaCl yang lebih dikenal dengan garam dapur biasa digunakan oleh orang atau dalam bidang industri sebagai penambah rasa pada makanan, bumbu masakan, dan pengawet alami.
NaCl juga digunakan untuk memproduksi senyawa-senyawa seperti natrium karbonat, asam klorida, dan baking soda. Digunakan juga dalam industri tekstil, industri kertas, industri karet, dan industri pemurnian minyak.
Jagad Kimia
2:14 PM
CB Blogger
Indonesia
NaCl merupakan larutan elektrolit yang kuat, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik karena ketika berbentuk larutan NaCl kembali menjadi ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion yang bergerak bebas ini yang dapat menghantarkan arus listrik.
Karena merupakan senyawa ion maka NaCl mudah larut dalam air dingin, air panas, gliserol, dan amoniak, tetapi sukar larut dalam alkohol.
NaCl yang lebih dikenal dengan garam dapur biasa digunakan oleh orang atau dalam bidang industri sebagai penambah rasa pada makanan, bumbu masakan, dan pengawet alami.
NaCl juga digunakan untuk memproduksi senyawa-senyawa seperti natrium karbonat, asam klorida, dan baking soda. Digunakan juga dalam industri tekstil, industri kertas, industri karet, dan industri pemurnian minyak.
Membuat 500 ml Larutan NaCl 0.1 M (0.1N) dari Kristal Murni NaCl
** Alat yang digunakan :
- Timbangan analitik
- Gelas piala 250 ml
- Batang pengaduk
- Labu takar 500 ml
** Bahan yang digunakan :
- NaCl ( natrium klorida )/ garam dapur
- Aquadest
** Cara Membuat Larutan NaCl 0.1 M , 500 ml
1. Mencari massa NaCl yang dibutuhkan yaitu dengan rumus :
M =( gr / Mr x V ), V dalam liter
0.1 = ( gr / 58.5 gr/mol x 0.5 L )
gr = 58.5 x 0.5 x 0.1
gr = 2.925 gram
Jadi NaCl yang harus ditimbang untuk membuat NaCl 0.1 M, 500 ml adalah 2.925 gram.
2. Langkah Kerja :
- Timbang NaCl sebanyak 2.925 gram, masukkan dalam gelas piala 250 ml. Tambahkan aquadest 200 ml. Aduk hingga larut.
- Masukkan larutan ke dalam labu takar 500 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
- Pindahkan larutan NaCl ke dalam botol reagen dan beri label.
Membuat 500 ml Larutan NaCl 10% dari Kristal Murni NaCl
NaCl 10 % artinya dalam 100 ml larutan mengandung 10 gram NaCl.
Jadi untuk membuat NaCl 10%, 500 ml maka NaCl yang harus ditimbang sebanyak 50 gram.
** Cara Membuat :
- Timbang NaCl sebanyak 50 gram, larutkan dengan 200 ml aquadest. Aduk hingga larut.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar 500 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Gojog hingga homogen.
- Diperoleh 500 ml NaCl 10%
Membuat Larutan NaCl Jenuh
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat.
Untuk membuat larutan NaCl jenuh yaitu :
- Siapkan 100 ml aquadest dalam gelas piala 200 ml.
- Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai NaCl tidak dapat larut lagi di dalam aquadest.
- Untuk membuat NaCl jenuh dalam 100 ml air dibutuhkan 36.5 gram NaCl.
Membuat 500 ml Larutan NaCl 0.1 M ( 0.1 N ) dari Kristal Murni NaCl
Natrium klorida ( sodium chlorida ) atau disebut juga dengan garam dapur dengan rumus kimia NaCl merupakan senyawa kimia berbentuk bubuk kristal padat berwarna putih, tidak berbau dan memiliki...
Iodium tidak mudah larut dalam air ( 0.34 gram per liter pada 25 ⁰C ) tetapi mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.
Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adaya cahaya., tetapi bersifat lambat dalam suasana netral.
Selain itu, senyawa iodida ( KI ) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas dari iodat ( karena iodat bereaksi dengan I - dalam suasana asam dengan membentuk I2 ). Persyaratan ini seharusnya dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan ditetapkan sebagai larutan baku.
Contoh :
Dari hasil pengamatan di dapatkan :
V na.tio ul 1 = 2.7 ml
V na tio ul 2 = 2.75 ml
V na tio rata-rata = 2.72 ml
Dengan rumus :
N (I2) = N (na tio)
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 25 ml = 0.1 N x 2.72 ml
N1 = 0.272 / 25
N1 = 0.010 N
Jadi Normalitas I2 adalah 0.010 N
Jagad Kimia
10:03 AM
CB Blogger
Indonesia
Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi oleh O2 dari udara yang dipercepat reaksinya dalam suasana asam atau oleh adaya cahaya., tetapi bersifat lambat dalam suasana netral.
Selain itu, senyawa iodida ( KI ) yang digunakan dipersyaratkan agar bebas dari iodat ( karena iodat bereaksi dengan I - dalam suasana asam dengan membentuk I2 ). Persyaratan ini seharusnya dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan ditetapkan sebagai larutan baku.
Standarisasi Iodium ( I2 ) dengan Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3)
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas piala 100 ml, 250 ml
- Labu takar 250 ml, 500 ml, dan 50 ml
- Pipet volum 25 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
Bahan yang digunakan :
- Iodium ( I2 )
- Natrium tiosulfat ( Na2S2O3 )
- Amilum
- Aquadest
** Membuat Larutan Iodium 0.01 N , 500 ml
- Timbang 0.6345 gram iodium + 2 gram KI, masukkan dalam gelas beker 250 ml dan tambahkan aquadest 100 ml. Aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar 500 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
** Membuat Larutan Natrium tiosulfat 0.1 N, 250 ml
- Timbang 6.25 gram natrium tiosulfat + 0.2 gram natrium bikarbonat, masukkan dalam gelas piala 250 ml dan tambahkan aquadest 100 ml. Aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan ke dalam labu takar 250 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Kemudian Standarisasi Natrium Tiosulfat
** Membuat Larutan Amilum 1%, 50 ml
-Timbang 0.5 gram amilum/ kanji, larutkan dengan aquadest sampai volume 50 ml.
- Didihkan larutan amilum hingga diperoleh larutan yang agak kental.
** Cara Standarisasi
- Siapkan buret dan isi dengan natrium tiosulfat 0.1 N yang sudah dibakukan/distandarisasi.
- Pipet 25 ml larutan iodium ( I2 ), pindahkan dalam erlenmeyer 250 ml dan encerkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.
- Titrasi larutan iodium (I2) dengan natrium tiosulfat dan hentikan bila larutan berwarna kuning pucat.
- Tambahkan 5 tetes indikator amilum , homogenkan dan lanjutkan titrasi secara perlahan.
- Hentikan titrasi bila warna biru larutan tepat menghilang.
- Catat volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3x.
** Perhitungan
Diketahui :
Volume I2 = 25 ml
Volume Na2S2O3 = v ml ( volume hasil titrasi )
N Na2S2O3 = 0.1 N
N I2 = ....?
Dengan rumus
Contoh :
Dari hasil pengamatan di dapatkan :
V na.tio ul 1 = 2.7 ml
V na tio ul 2 = 2.75 ml
V na tio rata-rata = 2.72 ml
Dengan rumus :
N (I2) = N (na tio)
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 25 ml = 0.1 N x 2.72 ml
N1 = 0.272 / 25
N1 = 0.010 N
Jadi Normalitas I2 adalah 0.010 N
STANDARISASI Iodium ( I2 ) dengan Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3 )
Iodium tidak mudah larut dalam air ( 0.34 gram per liter pada 25 ⁰C ) tetapi mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.
Kelemahan pelarut beriodida adalah ion ini dapat teroksidasi...
Larutan Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder untuk standarisasi iodium. Natrium tiosulfat dapat diperoleh dengan mudah dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi selalu ada ketidakpastian dari konsentrasi yang kita buat. Untuk itu sebelum digunakan larutan tiosulfat harus distandarisasi terlebih dahulu untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya agar bisa digunakan sebagai larutan baku sekunder.
Standarisasi Natrium tiosulfat ( Na2S2O3 ) dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium dikromat dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat sebagai larutan standar sekundernya.
Bahan yang digunakan :
** Membuat Natrium Tiosulfat 0.1 N, 500 ml
Cara membuat larutan sama seperti di atas pada standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium iodat.
Artikel Sebelumnya : Membuat Natrium Tiosulfat 0.1 N
** Membuat Kalium dikromat ( K2Cr2O7 ) 0.1 N , 100 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /294.19 x 0.1 ) x 6
gr = (294.19 gr/mol x 0.1 L x 0.1 N) / 6
gr = 0.49 gram
- Timbang 0.49 gram K2Cr2O7, larutkan dengan aquadest 50 ml. Aduk hingga larut.
- Masukkan larutan K2Cr2O7 ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml Kalium dikromat 0.1 N
Artikel Terkait : Membuat Larutan Natrium Dikromat 0.1 N
** Membuat Larutan HCl 2 N, 100 ml
Cara membuat larutan sama seperti di atas pada standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium iodat.
** Membuat Larutan Indikator Amilum 1%, 50 ml
- Timbang 0.5 gram amilum/kanji, larutkan dalam 50 ml aquadest.
- Didihkan larutan tersebut hingga diperoleh larutan amilum yang agak kental.
** Cara Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium dikromat
- Siapkan buret 25 ml dan isi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N.
- Dipipet 25 ml kalium dikromat 0.1 N dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
- Ditambahkan 2 gram KI, goyang perlahan - lahan hingga KI larut sempurna.
- Ditambahkan 10 ml HCl 2 N dan encerkan sampai 200 ml.
- Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0.1 N hingga berwarna kuning muda.
- Saat warna kuning muda, hentikan titrasi dan tambahkan 5 tetes indikator amilum.
- Lanjutkan titrasi secara perlahan, dan hentikan titrasi saat warna biru menghilang dan warna hijau muda muncul.
- Catat volume natrium tiosulfat hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Perhitungan
Diketahui :
V K2Cr2O7 = 25 ml
N K2Cr2O7 = 0.1 N
V tio = v ml ( volume hasil titrasi )
N tio = Normalitas tio yang dicari...?
Dengan rumus :
Jagad Kimia 9:47 AM CB Blogger Indonesia
Standarisasi Natrium tiosulfat ( Na2S2O3 ) dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium dikromat dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat sebagai larutan standar sekundernya.
Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Iodat
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Erlenmeyer 125 ml
- Gelas piala 100 ml dan 250 ml
- Labu takar 500 ml, 100 ml, dan 50 ml
- Batang pengaduk
- Pipet volum 25 ml
- Pipet ukur 10 ml dan 25 ml
- Pipet tetes
Bahan yang digunakan :
- Natrium tiosulfat ( Na2S2O3. 5 H2O )
- Kalium iodat ( KIO3 )
- Kalium iodat ( KIO3 )
- Amilum
- HCl
** Membuat Natrium Tiosulfat 0.1 N, 500 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /248.186 x 0.5 ) x 1
gr = 248.186 gr/mol x 0.5 L x 0.1 N
gr = 12.4093 gram
- Timbang 12.4093 gram natrium tiosulfat , larutkan dengan 200 ml aquadest dan tambahkan 0.2 gram natrium bikarbonat ( sebagai pengawet ). Aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar volume 500 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 500 ml natrium tiosulfat 0.1 N
** Membuat Kalium Iodat ( KIO3 ) 0.1 N , 100 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /214.016 x 0.1 ) x 6
gr = (214.016 gr/mol x 0.1 L x 0.1 N) / 6
gr = 0.3567 gram
- Timbang 0.3567 gram KIO3, larutkan dengan aquadest 50 ml. Aduk hingga larut.
- Masukkan larutan KIO3 ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml Kalium iodat 0.1 N
** Membuat Larutan HCl 2 N, 100 ml
- Isi labu takar 100 ml dengan aquadest 50 ml.
- Ambil 16.5 ml HCl pekat dengan pipet ukur, pindahkan ke dalam labu takar yang telah diisi aquadest tadi.
- Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml HCl 2 N
Untuk rumus cara menghitung bisa di buka pada artikel sebelumnya : Cara Membuat Larutan HCl 1 N
** Membuat Larutan Indikator Amilum 1%, 50 ml
- Timbang 0.5 gram amilum/kanji, larutkan dalam 50 ml aquadest.
- Didihkan larutan tersebut hingga diperoleh larutan amilum yang agak kental.
** Cara Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Iodat
- Siapkan buret 25 ml dan isi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N.
- Dipipet 25 ml kalium iodat 0.1 N dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml.
- Ditambahkan 2 gram KI, goyang perlahan - lahan hingga KI larut sempurna.
- Ditambahkan 10 ml HCl 2 N dan segera titrasi dengan natrium tiosulfat.
- Saat warna kuning hampir menghilang, hentikan titrasi dan tambahkan 5 tetes indikator amilum.
- Lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat menghilang.
- Catat volume natrium tiosulfat hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
Sebelum ditambahkan HCl larutan KIO3 berwarna bening, dan setelah ditambah HCl 2 N larutan berubah menjadi kuning. Saat warna kuning hampir menghilang, ditambahkan indikator amilum larutan berubah menjadi biru. Setelah warna biru menghilang titrasi dihentikan.
** Perhitungan
Diketahui :
V KIO3 = 25 ml
N KIO3 = 0.1 N
V tio = v ml ( volume hasil titrasi )
N tio = Normalitas tio yang dicari...?
Dengan rumus :
** Membuat Natrium Tiosulfat 0.1 N, 500 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /248.186 x 0.5 ) x 1
gr = 248.186 gr/mol x 0.5 L x 0.1 N
gr = 12.4093 gram
- Timbang 12.4093 gram natrium tiosulfat , larutkan dengan 200 ml aquadest dan tambahkan 0.2 gram natrium bikarbonat ( sebagai pengawet ). Aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar volume 500 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 500 ml natrium tiosulfat 0.1 N
** Membuat Kalium Iodat ( KIO3 ) 0.1 N , 100 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /214.016 x 0.1 ) x 6
gr = (214.016 gr/mol x 0.1 L x 0.1 N) / 6
gr = 0.3567 gram
- Timbang 0.3567 gram KIO3, larutkan dengan aquadest 50 ml. Aduk hingga larut.
- Masukkan larutan KIO3 ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml Kalium iodat 0.1 N
** Membuat Larutan HCl 2 N, 100 ml
- Isi labu takar 100 ml dengan aquadest 50 ml.
- Ambil 16.5 ml HCl pekat dengan pipet ukur, pindahkan ke dalam labu takar yang telah diisi aquadest tadi.
- Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml HCl 2 N
Untuk rumus cara menghitung bisa di buka pada artikel sebelumnya : Cara Membuat Larutan HCl 1 N
** Membuat Larutan Indikator Amilum 1%, 50 ml
- Timbang 0.5 gram amilum/kanji, larutkan dalam 50 ml aquadest.
- Didihkan larutan tersebut hingga diperoleh larutan amilum yang agak kental.
** Cara Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Iodat
- Siapkan buret 25 ml dan isi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N.
- Dipipet 25 ml kalium iodat 0.1 N dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml.
- Ditambahkan 2 gram KI, goyang perlahan - lahan hingga KI larut sempurna.
- Ditambahkan 10 ml HCl 2 N dan segera titrasi dengan natrium tiosulfat.
- Saat warna kuning hampir menghilang, hentikan titrasi dan tambahkan 5 tetes indikator amilum.
- Lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat menghilang.
- Catat volume natrium tiosulfat hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
Sebelum ditambahkan HCl larutan KIO3 berwarna bening, dan setelah ditambah HCl 2 N larutan berubah menjadi kuning. Saat warna kuning hampir menghilang, ditambahkan indikator amilum larutan berubah menjadi biru. Setelah warna biru menghilang titrasi dihentikan.
** Perhitungan
Diketahui :
V KIO3 = 25 ml
N KIO3 = 0.1 N
V tio = v ml ( volume hasil titrasi )
N tio = Normalitas tio yang dicari...?
Dengan rumus :
Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium Dikromat
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Erlenmeyer 500 ml
- Gelas piala 100 ml
- Labu takar 100 ml
- Batang pengaduk
- Pipet volum 25 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Pipet tetes
Bahan yang digunakan :
- Natrium tiosulfat ( Na2S2O3. 5 H2O )
- Kalium dikromat ( K2Cr2O7 )
- Kalium dikromat ( K2Cr2O7 )
- Amilum
- HCl
Cara membuat larutan sama seperti di atas pada standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium iodat.
Artikel Sebelumnya : Membuat Natrium Tiosulfat 0.1 N
** Membuat Kalium dikromat ( K2Cr2O7 ) 0.1 N , 100 ml
Dengan rumus :
N = (gr/Mr xV) x valensi
0.1 N = ( gr /294.19 x 0.1 ) x 6
gr = (294.19 gr/mol x 0.1 L x 0.1 N) / 6
gr = 0.49 gram
- Timbang 0.49 gram K2Cr2O7, larutkan dengan aquadest 50 ml. Aduk hingga larut.
- Masukkan larutan K2Cr2O7 ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diperoleh : 100 ml Kalium dikromat 0.1 N
Artikel Terkait : Membuat Larutan Natrium Dikromat 0.1 N
** Membuat Larutan HCl 2 N, 100 ml
Cara membuat larutan sama seperti di atas pada standarisasi natrium tiosulfat dengan kalium iodat.
** Membuat Larutan Indikator Amilum 1%, 50 ml
- Timbang 0.5 gram amilum/kanji, larutkan dalam 50 ml aquadest.
- Didihkan larutan tersebut hingga diperoleh larutan amilum yang agak kental.
** Cara Standarisasi Natrium Tiosulfat dengan Kalium dikromat
- Siapkan buret 25 ml dan isi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N.
- Dipipet 25 ml kalium dikromat 0.1 N dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
- Ditambahkan 2 gram KI, goyang perlahan - lahan hingga KI larut sempurna.
- Ditambahkan 10 ml HCl 2 N dan encerkan sampai 200 ml.
- Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0.1 N hingga berwarna kuning muda.
- Saat warna kuning muda, hentikan titrasi dan tambahkan 5 tetes indikator amilum.
- Lanjutkan titrasi secara perlahan, dan hentikan titrasi saat warna biru menghilang dan warna hijau muda muncul.
- Catat volume natrium tiosulfat hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Perhitungan
Diketahui :
V K2Cr2O7 = 25 ml
N K2Cr2O7 = 0.1 N
V tio = v ml ( volume hasil titrasi )
N tio = Normalitas tio yang dicari...?
Dengan rumus :
Jagad Kimia 9:47 AM CB Blogger Indonesia
STANDARISASI Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3 )
Larutan Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder untuk standarisasi iodium. Natrium tiosulfat dapat diperoleh dengan mudah dalam keadaan kemurnian yang tinggi, tetapi...
Vitamin C banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran hijau.
Fungsi dan kegunaan vitamin C bagi tubuh selain sebagai antioksidan yaitu :
- Sebagai sistem kekebalan tubuh, menjaga daya tahan tubuh dari serangan virus, bakteri, dan radikal bebas.
- Untuk melancarkan peredaran darah sehingga kulit terasa lebih segar.
- Merangsang pembentukan kolagen dan membantu penyerapan zat besi.
Vitamin C atau disebut juga sebagai asam askorbat yang mempunyai rumus kimia C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal kuning keputihan yang mudah larut dalam air, memiliki sifat asam dan reduktor yang kuat. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag.
Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Sedangkan untuk indikatornya menggunakan larutan amilum. Amilum digunakan sebagai indikator karena akan membentuk kompleks iod amilum yang berwarna biru tua meskipun konsentrasi I2 sangat kecil dan molekul iod terikat kuat pada permukaan beta amilosa seperti amilum.
Deteksi titik akhir titrasi pada iodine dengan menggunakan amilum adalah perubahan warna menjadi biru tua.
Penentuan Kadar Vitamin C
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Erlenmeyer 125 ml
- Labu takar 100 ml
- Pipet ukur 10/ 25 ml
- Pipet ukur 2 ml
- Gelas piala 250 ml
- Batang pengaduk
- Mortar porselin / blender
Bahan yang digunakan :
- Sampel yang akan diuji kadar vitamin C nya.
- Larutan iodium 0.01 N
- Larutan amilum
- Aquadest
Prosedur Kerja
** Pembuatan Larutan Iodium 0.01 N, 1000 ml
- Timbang 1,269 gram I2 + 3 gram KI, masukkan dalam gelas piala 250 ml dan aduk hingga larut.
- Masukkan dalam labu takar 1000 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Pindahkan dalam botol reagen gelap dan tutup rapat.
- Standarisasi larutan I2 dengan Natrium tiosulfat.
Artikel Terkait : Cara Membuat Larutan Iodium 0.1 N ( 0.05 M )
** Pembuatan Larutan amilum 1%
- Timbang 1 gram amilum dan tambahkan aquadest sampai volume 100 ml.
- Panaskan hingga terbentuk larutan amilum yang agak bening.
( Tambahkan beberapa tetes HgI atau HgCl2 agar larutan amilum bisa disimpan beberapa lama)
** Persiapan sampel
- Timbang 200 gram sampel dan hancurkan dengan blender atau bisa juga digerus dengan mortar porselin ( tergantung jenis sampel ) sampai halus.
** Cara Kerja
- Timbang 10 - 30 gram sampel yang sudah dihaluskan, masukkan dalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquadest sampai tanda batas.
- Saring dengan krus gooch atau sentrifuge untuk memisahkan filtratnya.
- Ambil 5 - 25 ml filtrat dengan menggunakan pipet ukur dan masukkan dalam erlenmeyer 125 ml.
- Tambah 2 ml larutan amilum 1%
- Kemudian dititrasi dengan larutan iodium 0.01 N.
- Hentikan titrasi apabila sudah terjadi perubahan warna ( biru tua ) dan catat volume hasil titrasi.
Skema Cara Kerja :
** Perhitungan
1 ml 0.01N iodium = 0.88 mg asam askorbat
Rumus untuk menghitung kadar vitamin C :
Dimana :
Vol titrasi iodium = volume iodium hasil titrasi
fp = faktor pengenceran
mg sampel = sampel yang ditimbang ( dalam mg )
Itulah sedikit ulasan dari saya tentang bagaimana menentukan kadar vitamin C pada makanan, buah, atau sayuran. Semoga bermanfaat, jangan lupa share untuk berbagi ilmu. Untuk pertanyaan, saran, dan kritik silahkan tinggal komentar di bawah.
DAFTAR ACUAN
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhadi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Yogyakarta : Liberty.
PENENTUAN KADAR VITAMIN C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita.Vitamin C memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh kita sebagai antioksidan yang dapat melindungi...
Oven merupakan salah satu alat yang sering digunakan dan dijumpai di laboratorium. Pada artikel ini akan saya bahas tentang bagaimana cara mengoperasikan oven ( oven yang saya maksud disini adalah oven Memmert UN 55 ), oven ini merupakan oven model baru dengan tombol - tombolnya yang sudah touch screen ( ga mau kalah sama android ya :) )
Oven adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar air. Selain itu juga digunakan untuk mengeringkan zat-zat kimia, pelarut organik, dan untuk mengeringkan atau mensterilkan alat-alat gelas laboratorium.
Tidak semua alat gelas laboratorium bisa dikeringkan dengan oven,hanya alat gelas tertentu yang dapat dikeringkan dengan oven, yaitu alat gelas yang memiliki ketelitian rendah. Contoh alat gelas yang bisa dikeringkan dengan oven adalah gelas piala/beker glass, erlenmeyer, petridish/cawan petri, dan tabung reaksi.
Sedangkan alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven karena alat tersebut akan memuai jika dipanaskan dan mengakibatkan ketelitian alat tersebut tidak lagi akurat. Contoh : labu takar, pipet ukur,dan pipet volum.
Untuk zat-zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah zat-zat kimia yang tidak mudah meledak saat dipanaskan dan tidak mengeluarkan uap atau gas beracun. Contoh zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), natrium klorida (NaCl), natrium oksalat ( Na2C2O4).
Keterangan gambar :
No 1 = tombol on/off
No 2 = tombol untuk mengaktifkan pengatur suhu
No 3 = tombol untuk mengaktifkan pengatur waktu
No 4 = tombol untuk mengatur suhu/waktu yang diinginkan
No 5 = tombol untuk mengonfirmasi
No 6 = tombol untuk mengaktifkan pengatur menu
Oven adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur kadar air. Selain itu juga digunakan untuk mengeringkan zat-zat kimia, pelarut organik, dan untuk mengeringkan atau mensterilkan alat-alat gelas laboratorium.
Tidak semua alat gelas laboratorium bisa dikeringkan dengan oven,hanya alat gelas tertentu yang dapat dikeringkan dengan oven, yaitu alat gelas yang memiliki ketelitian rendah. Contoh alat gelas yang bisa dikeringkan dengan oven adalah gelas piala/beker glass, erlenmeyer, petridish/cawan petri, dan tabung reaksi.
Sedangkan alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven karena alat tersebut akan memuai jika dipanaskan dan mengakibatkan ketelitian alat tersebut tidak lagi akurat. Contoh : labu takar, pipet ukur,dan pipet volum.
Untuk zat-zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah zat-zat kimia yang tidak mudah meledak saat dipanaskan dan tidak mengeluarkan uap atau gas beracun. Contoh zat kimia yang boleh dikeringkan dengan oven adalah kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), natrium klorida (NaCl), natrium oksalat ( Na2C2O4).
Bagian - Bagian Oven :
Keterangan gambar :
No 1 = tombol on/off
No 2 = tombol untuk mengaktifkan pengatur suhu
No 3 = tombol untuk mengaktifkan pengatur waktu
No 4 = tombol untuk mengatur suhu/waktu yang diinginkan
No 5 = tombol untuk mengonfirmasi
No 6 = tombol untuk mengaktifkan pengatur menu
Pengoperasian Oven
Alat oven hanya boleh dioperasikan dan dirawat oleh petugas/laboran yang telah diberi petunjuk mengenai tata cara pemakaian oven. Petugas yang akan menjalani pelatihan, yang diberi petunjuk, atau yang menjalani pelatihan umum hanya boleh bekerja dengan alat dibawah pengawasan dari orang yang berpengalaman.
Cara Menggunakan Oven Memmert UN 55 :
- Bersihkan oven sebelum digunakan.
- Tancapkan stekker ke stop kontak.
- Tekan tombol on/off ( pada no.1) dan tunggu beberapa saat.
- Untuk pengaturan suhu, sentuh pada tombol no.2 kemudian putar pada tombol no.4 untuk mengatur suhu yang diinginkan dan tekan no.5 untuk mengonfirmasi.
- Untuk pengaturan waktu, sentuh pada tombol no.3, kemudian putar pada tombol no.4 untuk mengatur waktu yang diinginkan dan tekan no.5 untuk mengonfirmasi.
- Untuk mengatur menu sentuh pada bagian no.6 .
- Masukkan sampel ke dalam oven.
- Setelah selesai matikan oven dengan menekan tombol on/off, ambil sampel dengan menggunakan sarung tangan.
- Cabut stekker kabel dan setelah dingin bersihkan oven.
Perawatan Oven
Untuk memaksimalkan kerja oven dan memperpanjang umur oven perlu dilakukan perawatan oven secara rutin. Selalu bersihkan oven setelah selesai digunakan. Bersihkan bagian dalam oven dengan kain lembut dan jangan menggunakan zat abrasif untuk membersihkan oven. Jangan mengelap bagian elemen pemanas. Untuk bagian luar dibersihkan dengan lap basah.
Apabila oven mengalami gangguan fungsi dan kerusakan, segera hentikan penggunaan alat oven ini dan matikan oven. Cabut stekker dari sumber listrik. Hubungi teknisi untuk perbaikan.
Jagad Kimia
2:57 PM
CB Blogger
IndonesiaOVEN MEMMERT : Cara Menggunakan Oven
Oven merupakan salah satu alat yang sering digunakan dan dijumpai di laboratorium. Pada artikel ini akan saya bahas tentang bagaimana cara mengoperasikan oven ( oven yang saya maksud disini...
Dalam bidang kimia ada beberapa satuan yang sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan ( banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut ).
Beberapa satuan konsentrasi itu antara lain : mol, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, persen massa, persen volum.
Berikut akan saya jelaskan pengertian dan rumus dari satuan-satuan di atas :
1. Mol ( n )
Simbol satuan : n
Mol adalah massa (gram) suatu zat dibagi dengan massa molekul relatif / berat molekul suatu zat.
Rumus :
Dimana :
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-
Apabila mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol ekivalen adalah
Dimana : a = ekivalen suatu zat
untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-
Contoh :
1. Berapa jumlah mol dari 4 gram NaOH dengan Mr = 40 gr/mol ?
n = 4 / 40 = 0.1 mol
2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 8 gram NaOH ?
mol ekivalen = n x a
= 8/40 x 1 = 0,2 mol ek
2. Molalitas ( m )
Simbol satuan : m
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus :
Dimana :
m = molalitas suatu zat ( molal )
n = mol suatu zat ( mol )
p = massa pelarut ( gr )
Contoh :
1. 40 gram NaOH dilarutkan dalam 2 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol. Berapa molalitas NaOH ?
m = n/p
m = ( 40 x 1000 ) / ( 40 x 2000 )
= 40000/ 80000 = 0.5 molal
3. Molaritas ( M )
Simbol satuan : M
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.
Rumus :
Dimana :
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)
Contoh :
1. NaOH 1 M artinya bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini mengandung 1 mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).
2. 117 gram NaCl ( Mr =58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest sampai volume 500 ml. Berapa M NaCl ?
M = (gr x1000) / (Mr x V)
M = ( 117 x1000) / (58.5 x 500)
M = 4 mol/L
4. Normalitas ( N )
Simbol satuan : N
Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan normalitas adalah mol ek/L.
Rumus :
Dimana :
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)
Contoh :
1. KOH sebanyak 28 gram dilarutkan dengan aquadest sampai volume 1000 ml ( 1 liter ), Mr KOH=56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (28 x 1) / (56 x1)
N = 0.5 mol ek/L
5. Part Per Million ( ppm )
Simbol satuan = ppm
Part per million (ppm) atau dalam bahasa indonesia bagian per juta (bpj) adalah satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang lain.
ppm dinyatakan dengan satuan mg/kg atau mg/L.
Contoh :
1. Suatu air minum mengandung besi sebesar 3 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air minum tersebut ( massa jenis air =1) mengandung 3 mg besi.
Artikel terkait : Konversi ppm ke persen
6. Persen Massa
Simbol satuan : % (b/b)
Contoh :
1. NaOH 40% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini mengandung 40 gram NaOH.
2. 20 ml H2SO4 95% ( massa jenis=1.834) terlarut dalam 100 ml air ( massa jenis air=1), maka konsentrasi larutan asam sulfat dalam % dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :
7. Persen Volum
Simbol satuan : % (v/v)
Contoh :
1. Alkohol 75% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini mengandung 75% alkohol dan 25% air.
2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan alkohol dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :
Jagad Kimia 9:53 AM CB Blogger Indonesia
Beberapa satuan konsentrasi itu antara lain : mol, molalitas, molaritas, normalitas, ppm, persen massa, persen volum.
Berikut akan saya jelaskan pengertian dan rumus dari satuan-satuan di atas :
1. Mol ( n )
Simbol satuan : n
Mol adalah massa (gram) suatu zat dibagi dengan massa molekul relatif / berat molekul suatu zat.
Rumus :
n = mol suatu zat (mol)
gr = massa suatu zat (gr)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
Mol ekivalen adalah jumlah mol dikali dengan jumlah ion H+ atau ion OH-
Apabila mol zat terlarut mengandung a ion H+ atau ion OH-, maka rumus mol ekivalen adalah
Dimana : a = ekivalen suatu zat
untuk kimia asam, 1 mol ekivalen = 1 mol ion H+
untuk kimia basa, 1 mol ekivalen = 1 mol ion OH-
Contoh :
1. Berapa jumlah mol dari 4 gram NaOH dengan Mr = 40 gr/mol ?
n = 4 / 40 = 0.1 mol
2. Berapa jumlah mol ekivalen dari 8 gram NaOH ?
mol ekivalen = n x a
= 8/40 x 1 = 0,2 mol ek
2. Molalitas ( m )
Simbol satuan : m
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus :
Dimana :
m = molalitas suatu zat ( molal )
n = mol suatu zat ( mol )
p = massa pelarut ( gr )
Contoh :
1. 40 gram NaOH dilarutkan dalam 2 kg air, Mr NaOH = 40 gr/mol. Berapa molalitas NaOH ?
m = n/p
m = ( 40 x 1000 ) / ( 40 x 2000 )
= 40000/ 80000 = 0.5 molal
3. Molaritas ( M )
Simbol satuan : M
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau 1 mmol zat terlarut dalam 1 ml larutan. Satuan molaritas adalah mol/L.
Rumus :
Dimana :
M = molaritas suatu zat (mol/L)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
V = volume larutan (ml)
Contoh :
1. NaOH 1 M artinya bahwa untuk setiap 1 liter (1000 ml) larutan ini mengandung 1 mol NaOH ((atau 40 gram NaOH).
2. 117 gram NaCl ( Mr =58.5gr/mol) dilarutkan dengan aquadest sampai volume 500 ml. Berapa M NaCl ?
M = (gr x1000) / (Mr x V)
M = ( 117 x1000) / (58.5 x 500)
M = 4 mol/L
4. Normalitas ( N )
Simbol satuan : N
Normalitas adalah jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Satuan normalitas adalah mol ek/L.
Rumus :
Dimana :
N = normalitas ( mol ek/L)
n = mol suatu zat (mol)
a = ekivalen suatu zat
V = volume larutan (liter)
Contoh :
1. KOH sebanyak 28 gram dilarutkan dengan aquadest sampai volume 1000 ml ( 1 liter ), Mr KOH=56 gr/mol. Berapa normalitas KOH ?
N = (n x a) / V
N = (gr x a) / (Mr x V)
N = (28 x 1) / (56 x1)
N = 0.5 mol ek/L
5. Part Per Million ( ppm )
Simbol satuan = ppm
Part per million (ppm) atau dalam bahasa indonesia bagian per juta (bpj) adalah satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang lain.
ppm dinyatakan dengan satuan mg/kg atau mg/L.
Contoh :
1. Suatu air minum mengandung besi sebesar 3 ppm artinya bahwa setiap 1 liter air minum tersebut ( massa jenis air =1) mengandung 3 mg besi.
Artikel terkait : Konversi ppm ke persen
6. Persen Massa
Simbol satuan : % (b/b)
Contoh :
1. NaOH 40% (massa) diartikan bahwa dalam setiap 100 gram larutan ini mengandung 40 gram NaOH.
2. 20 ml H2SO4 95% ( massa jenis=1.834) terlarut dalam 100 ml air ( massa jenis air=1), maka konsentrasi larutan asam sulfat dalam % dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :
7. Persen Volum
Simbol satuan : % (v/v)
Contoh :
1. Alkohol 75% (volum) diartikan bahwa dalam setiap 100 ml larutan ini mengandung 75% alkohol dan 25% air.
2. 25 ml alkohol 96% dicampur dengan air 75 ml, maka konsentrasi larutan alkohol dapat ditentukan dengan perhitungan berikut :
Jagad Kimia 9:53 AM CB Blogger Indonesia
RUMUS Mol, Molalitas, Molaritas, Normalitas
Dalam bidang kimia ada beberapa satuan yang sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan ( banyaknya zat terlarut dalam sejumlah pelarut ).
Beberapa satuan konsentrasi itu antara...
Seperti pada artikel sebelumnya ( Standarisasi HCl ) dijelaskan bahwa standarisasi diperlukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan.
Standarisasi Larutan H2SO4
Standarisasi larutan H2SO4 dapat dilakukan dengan menggunakan :- Larutan baku natrium tetraborat / boraks
- Larutan baku natrium hidroksida
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Pipet volum 10 ml
- Pipet tetes
- Erlenmeyer 100 / 125 ml
Bahan yang digunakan :
- H2SO4 pekat (96%)
- Natrium tetraborat
- Natrium hidroksida
- Indikator MO dan PP
Standarisasi Larutan H2SO4 0.1 M ( 0.2 N ) dengan Natrium tetraborat/Boraks
** Membuat larutan H2SO4 0.1 M (0.2 N) sebanyak 1 liter
- Masukkan aquadest kira-kira 500 ml ke dalam labu takar 1000 ml.
- Ambil H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet ukur sebanyak 6 ml, masukkan ke dalam labu takar tadi.
- Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
Diperoleh : Larutan H2SO4 0.1 M , 1 Liter.
** Membuat larutan baku primer natrium tetraborat/boraks 0.05 M (0.1N) sebanyak 100 ml
dengan rumus :
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
** Membuat larutan NaOH 0.1 M sebanyak 1 liter
- Timbang 4 gram NaOH, masukkan dalam gelas piala 100 ml. Tambahkan aquadest, aduk hingga larut sempurna.
- Masukkan larutan NaOH tersebut ke dalam labu takar 1000 ml. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
- Kemudian standarisasi larutan NaOH 0.1 M tersebut. Untuk cara standarisasi NaOH bisa baca artikel : Standarisasi Larutan NaOH
** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan H2SO4 0.1 M.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan H2SO4 0.1 M sampai terjadi perubahan warna
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan H2SO4 0.1 M sampai terjadi perubahan warna
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2B4O7 + H2SO4 + 5 H2O -------> Na2SO4 + 4 H3BO3
M boraks = 0.05 M
V boraks = 25 ml
V H2SO4 = v ml
M H2SO4 = .....?
Standarisasi Larutan H2SO4 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Hidroksida ( NaOH )
** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan baku NaOH 0.1 M
- Pipet 25 ml larutan H2SO4 0.1 M ke dalam erlenmeyer 125 ml.
- Tambahkan 2 tetes indikator PP.
- Titrasi larutan H2SO4 tersebut dengan NaOH 0.1 M. Hentikan titrasi apabila terjadi perubahan warna.
- Catat Volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : H2SO4 + 2 NaOH -----> Na2SO4 + 2 H2O
M NaOH = 0.1 M
V NaOH = v ml ( volume hasil titrasi )
V H2SO4 = 25 ml
M H2SO4 = ....?
DAFTAR ACUAN
HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.
STANDARISASI H2SO4
Seperti pada artikel sebelumnya ( Standarisasi HCl ) dijelaskan bahwa standarisasi diperlukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan.
Standarisasi Larutan H2SO4
Standarisasi...
Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu seringkali dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat. Untuk itu diperlukan standarisasi larutan.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Larutan Baku Primer dan Sekunder
Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer atau dengan larutan baku sekunder.
Larutan baku adalah larutan yang sudah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Larutan baku ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu :
- memiliki tingkat kemurnian yang tinggi,
- kering, stabil, tidak higroskopis,
- mudah larut dalam air, dan
- mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan dilarutkan dengan volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah Natrium tetraborat ( boraks ), asam benzoat, dan asam oksalat.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida ( NaOH ) dan asam klorida ( HCl ). Larutan baku sekunder umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu.
Standarisasi Larutan HCl
Standarisasi larrutan HCl dapat dilakukan dengan menggunakan :
- larutan baku natrium tetraborat / boraks ( Na2B4O7.10H2O )
- larutan baku natrium carbonat ( Na2CO3 )
- larutan baku natrium hidroksida ( NaOH )
Alat yang digunakan :
- Statif dan klem
- Buret 25 ml
- Pipet volum 10 ml
- Pipet ukur 5 ml
- Pipet tetes
- Gelas piala/ gelas beker 50 ml dan 500 ml
- Erlenmeyer 100/125 ml
Bahan yang digunakan :
- HCl pekat ( 37 % )
- Boraks
- Natrium carbonat
- Natrium hidroksida
- Indikator MO dan PP
Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Tetraborat / Boraks
** Membuat Larutan HCl 0.1 M sebanyak 1000 ml
Ambil HCl pekat ( 37% ) sebanyak 9 ml, masukkan ke dalam labu takar 1000 ml yang sebelumnya telah diberi aquadest. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen.
Untuk cara menghitungnya bisa buka artikel sebelumnya di Cara Membuat Larutan HCl
** Membuat larutan boraks 0.05 M ( 0.1 N )
dengan rumus :
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen
** Membuat larutan indikator Metil Orange ( MO )
untuk membuat larutan MO silahkan buka link ini Membuat Larutan Indikator pada nomor 20.
** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan HCl 0.1 M.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0.1 M sampai terjadi perubahan warna ( dari kuning menjadi merah ).
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O -----> 2 NaCl + 4 H3BO3
M boraks = 0.05 M
V boraks = 25 ml
V HCl = a ml ( volum rata-rata dari 3x ulangan )
M HCl = ....?
Jagad Kimia
1:08 PM
CB Blogger
IndonesiaUntuk cara menghitungnya bisa buka artikel sebelumnya di Cara Membuat Larutan HCl
** Membuat larutan boraks 0.05 M ( 0.1 N )
dengan rumus :
M = gr/ (Mr x V)
0.05 M = ( gr / ( 381.647 gr/mol x 0.1 L )
gr = (381.647 x 0.1 L x 0.05 M)
gr = 1.908 gram.
- Timbang dengan tepat boraks sebanyak 1.908 gram, larutkan dengan aquadest dalam gelas piala 50 ml.
- Pindahkan larutan ke dalam labu takar, tambahkan aquadest sampai tanda batas. Gojog hingga homogen
** Membuat larutan indikator Metil Orange ( MO )
untuk membuat larutan MO silahkan buka link ini Membuat Larutan Indikator pada nomor 20.
** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan HCl 0.1 M.
- Dipipet 25 ml boraks 0.05 M, masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Tambahkan 2 tetes indikator MO.
- Kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0.1 M sampai terjadi perubahan warna ( dari kuning menjadi merah ).
- Catat volumenya dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O -----> 2 NaCl + 4 H3BO3
M boraks = 0.05 M
V boraks = 25 ml
V HCl = a ml ( volum rata-rata dari 3x ulangan )
M HCl = ....?
Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Carbonat ( Na2CO3 )
** Cara Standarisasi
- Timbang botol timbang kosong + tutup. catat hasilnya.
- Timbang 0,2 gram Na2CO3 kering dalam botol timbang bertutup.
- Pindahkan Na2CO3 tersebut ke dalam erlenmeyer 100 ml.
- Timbang lagi botol timbang + tutup ( perbedaan antara penimbangan awal dan akhir merupakan berat Na2CO3 yang terpindahkan ke erlenmeyer).
- Masukkan aquadest 50 ml ke dalam erlenmeyer yang berisi Na2CO3 tersebut. Aduk hingga larut sempurna.
- Beri 2 tetes indikator MO
- Titrasi dengan larutan HCl 0,1 M. Hentikan titrasi apabila sudah terjadi perubahan warna ( dari kuning menjadi merah muda ).
- Catat volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : Na2CO3 + 2 HCl ------> 2 NaCl + H2O + CO2
Mr Na2CO3 = 105,994 gr/mol
Massa Na2CO3 = a gram
Vol HCl hasil titrasi = v ml = v liter ( satuan diubah ke dalam liter )
M HCl = ....?
Dengan menggunakan rumus perbandingan mol :
Standarisasi Larutan HCl 0.1 M (0.1 N) dengan Natrium Hidroksida ( NaOH )
** Cara Standarisasi
- Isi buret dengan larutan baku NaOH 0.1 M ( untuk cara membuat larutan NaOH dan standarisasinya bisa di buka pada artikel Cara Membuat Larutan NaOH 0,1 M dan Standarisasi Larutan NaOH ).
- Pipet 25 ml larutan HCl 0.1 M ke dalam erlenmeyer 125 ml.
- Beri 2 tetes indikator PP.
- Titrasi larutan HCl tersebut dengan NaOH 0.1 M. Hentikan titrasi apabila warna merah muda yang muncul tidak menghilang (selama 15 detik ) oleh pengocokan.
- Catat Volume hasil titrasi dan ulangi percobaan diatas sebanyak 3 kali.
** Cara Menghitung
Reaksi yang terjadi : NaOH + HCl -----> NaCl + H2O
V HCl = 25 ml
V NaOH = v ml ( volume hasil titrasi )
Itulah beberapa cara standarisasi HCl. Semoga artikel ini bermanfaat, jika ada yang ingin menyampaikan saran, masukan, atau pertanyaan bisa komentar pada kolom di bawah ini. Terimakasih.
DAFTAR ACUAN
HAM, Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.
STANDARISASI HCl
Dalam membuat larutan dengan konsentrasi tertentu seringkali dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat. Untuk itu diperlukan standarisasi larutan.
Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi...